JAKARTA - Belakangan ini, suhu udara terasa jauh lebih terik dari biasanya. Tak hanya membuat tubuh gerah dan cepat lelah, panas ekstrem ternyata juga berdampak besar terhadap kestabilan emosi seseorang.
Banyak orang merasa lebih mudah tersinggung, sulit fokus, bahkan cepat lelah secara mental saat suhu meningkat tajam. Kondisi ini bukan sekadar sugesti, karena secara medis panas memang dapat memengaruhi kesehatan mental.
Psikiater dr. Santi Yuliani, M.Sc., Sp.KJ menjelaskan bahwa suhu tinggi memicu reaksi fisiologis yang dapat mengganggu fungsi otak dan hormon pengatur suasana hati. Ia menegaskan bahwa tubuh memiliki batas kemampuan dalam beradaptasi terhadap panas berlebih.
1. Dampak Panas terhadap Kesehatan Mental
Menurut dr. Santi, paparan panas ekstrem yang terus-menerus tanpa istirahat atau pendinginan cukup bisa menimbulkan dampak serius bagi kesehatan mental. “Kita jadi lebih gampang capek, fokus berkurang, mood naik turun,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika kondisi tersebut terus berlangsung, risiko stres dan kecemasan meningkat. Bahkan, pada beberapa kasus, cuaca panas bisa memperburuk gangguan mental yang sudah ada sebelumnya, seperti depresi atau gangguan cemas.
Secara fisiologis, panas membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menjaga suhu internal tetap stabil. Proses ini membutuhkan energi besar, sehingga seseorang menjadi mudah lelah secara fisik dan emosional.
“Tubuh kita punya batas toleransi terhadap panas. Saat suhu meningkat, tubuh kerja ekstra untuk menjaga suhu tetap stabil, itu butuh energi,” jelasnya.
2. Otak dan Hormon Ikut Terdampak Panas
Selain menyebabkan kelelahan fisik, cuaca panas juga memengaruhi cara otak mengatur emosi. Saat suhu terlalu tinggi, kadar hormon stres seperti kortisol cenderung meningkat.
“Akibatnya, otak bisa terganggu dalam mengatur emosi. Orang jadi lebih sensitif, mudah tersinggung, atau gampang meledak,” sambungnya.
Kondisi ini menjelaskan mengapa banyak orang merasa emosinya tak stabil saat udara sangat panas. Emosi negatif menjadi lebih sulit dikendalikan, dan toleransi terhadap stres pun menurun drastis.
Perubahan ini bisa berdampak pada hubungan sosial, performa kerja, hingga kualitas tidur seseorang. Panas yang berkepanjangan membuat tubuh sulit beristirahat dengan optimal, sehingga otak tidak punya waktu cukup untuk memulihkan diri.
3. Faktor Fisik yang Memengaruhi Suasana Hati
Dr. Santi menuturkan bahwa selain faktor psikologis, perubahan fisik akibat panas juga turut memperburuk suasana hati. Salah satunya adalah dehidrasi, yang sering terjadi tanpa disadari saat cuaca ekstrem.
“Kalau kita kurang cairan, bisa bikin pusing, lemas, bahkan susah berpikir jernih, ganggu fokus juga,” katanya. Kekurangan cairan membuat sistem tubuh terganggu dan berdampak langsung pada kestabilan emosi.
Gangguan tidur juga menjadi faktor penting yang sering diabaikan. “Tidur yang terganggu bikin otak nggak sempat reset emosinya,” lanjutnya.
Kombinasi antara dehidrasi, kelelahan, dan stres karena panas dapat memperburuk perasaan negatif. Emosi pun menjadi tidak stabil dan mudah meledak meski karena hal kecil.
4. Cara Mengelola Emosi di Tengah Cuaca Panas
Agar tidak mudah tersulut emosi, dr. Santi menyarankan agar setiap orang mengenali tanda-tanda stres sejak dini. “Kalau sudah mulai merasa kesel atau gelisah, ambil jeda sebentar tarik napas dalam, minum air putih, atau cari tempat adem,” ujarnya.
Ia menyarankan untuk tidak memaksakan diri melakukan aktivitas berat pada jam-jam terik. “Kalau bisa, atur jadwal supaya aktivitas berat tidak dilakukan di jam-jam terik,” tambahnya.
Bagi yang sering terjebak macet siang hari, cobalah mendengarkan musik atau podcast yang menenangkan. Hal ini dapat membantu mengalihkan perhatian dan menurunkan ketegangan emosional.
Pastikan pula kebutuhan cairan tubuh selalu terpenuhi setiap hari. Cukup minum air putih, konsumsi buah-buahan dengan kandungan air tinggi, dan hindari kafein berlebihan yang bisa memperparah dehidrasi.
5. Menjaga Pola Hidup agar Emosi Tetap Stabil
Menurut dr. Santi, menjaga pola tidur menjadi langkah penting untuk mengatur ulang emosi. Tidur yang cukup membantu otak memulihkan energi dan menstabilkan suasana hati.
Selain itu, lakukan aktivitas menyenangkan yang bisa membantu relaksasi, seperti olahraga ringan di pagi hari atau meditasi singkat sebelum tidur. Kegiatan sederhana ini mampu menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh.
Berinteraksi dengan teman atau keluarga juga bisa membantu menjaga keseimbangan mental. Obrolan santai menjadi cara alami untuk melepaskan emosi negatif yang mungkin tertahan.
Jika suasana hati terasa tidak stabil lebih dari dua minggu, dr. Santi mengingatkan agar tidak ragu mencari bantuan profesional. Konsultasi dengan tenaga ahli dapat membantu menemukan strategi pengelolaan emosi yang sesuai dengan kondisi individu.
“Kesehatan mental itu bisa sangat dipengaruhi kondisi fisik dan lingkungan. Jadi penting menjaga keduanya seimbang, apalagi di cuaca panas yang ekstrem seperti sekarang,” tuturnya.
6. Hidup Lebih Tenang di Tengah Panas Ekstrem
Cuaca panas adalah hal yang tidak bisa dihindari, tetapi cara tubuh dan pikiran menanggapinya bisa dikendalikan. Menurut dr. Santi, kunci utama adalah mengenali batas diri dan memberi waktu untuk beristirahat.
Ketika fisik dan mental sama-sama diperhatikan, daya tahan terhadap stres akan meningkat. Tubuh menjadi lebih kuat, dan emosi pun tetap stabil meski di tengah suhu yang menyengat.
Dengan langkah-langkah sederhana seperti menjaga hidrasi, tidur cukup, serta melatih kesadaran diri, setiap orang bisa menghadapi cuaca panas dengan lebih tenang. Bukan sekadar bertahan, tetapi juga tetap produktif dan bahagia.