JAKARTA - Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan terus menunjukkan pemulihan signifikan sepanjang tahun 2025. Tidak hanya bank konvensional, sejumlah bank digital juga berhasil mencatat pertumbuhan DPK yang melesat hingga dua digit berkat strategi digitalisasi dan ekosistem yang semakin kuat.
Tren positif ini menandai meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan digital. Kemudahan akses, inovasi produk, serta integrasi teknologi yang efisien membuat bank digital menjadi pilihan utama bagi generasi muda dan pelaku usaha modern.
DPK Industri Perbankan Tumbuh Stabil
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penghimpunan DPK secara industri mencapai Rp 9.039,8 triliun per Agustus 2025. Angka ini tumbuh 8% secara tahunan atau year on year (YoY) dan lebih tinggi dibandingkan Juli 2025 yang hanya naik 6,8% menjadi Rp 8.976,7 triliun.
Kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi sektor keuangan nasional, menandakan likuiditas perbankan mulai longgar setelah periode ketat tahun sebelumnya. Kondisi tersebut turut memberi ruang bagi bank digital untuk memperluas basis nasabah dan memperkuat posisi di pasar.
Bank Digital Jadi Pendorong Pertumbuhan
Sejumlah bank digital mencatat pertumbuhan DPK impresif hingga Agustus 2025. PT Superbank Indonesia atau Superbank menjadi yang paling menonjol dengan lonjakan DPK sebesar 214,43% YoY mencapai Rp 10,39 triliun.
PT Bank Hibank Indonesia (Hibank) juga menunjukkan performa kuat dengan pertumbuhan DPK 48,82% menjadi Rp 17,91 triliun. Sementara PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) mencatat kenaikan DPK 46,94% YoY mencapai Rp 25,23 triliun.
Selain itu, PT Bank Digital BCA tumbuh 24,74% dengan total DPK Rp 13,91 triliun, dan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) naik 12,32% mencapai Rp 9,85 triliun. Pertumbuhan tersebut menegaskan posisi bank digital sebagai motor baru dalam transformasi industri perbankan Indonesia.
Strategi Allo Bank Jaga Momentum Pertumbuhan
Corporate Secretary Allo Bank, Stacey Aryadi Suryoputro, mengungkapkan bahwa peningkatan DPK didorong oleh strategi digital funding yang semakin matang. Kepercayaan nasabah terhadap layanan digital juga menjadi faktor penting di balik pertumbuhan tersebut.
“Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan DPK berasal dari peningkatan jumlah pengguna aktif dan optimalisasi produk tabungan digital,” kata Stacey pada Senin (13/10/2025).
Allo Bank terus memperkuat kolaborasi dalam ekosistem CT Corp dan mitra strategis lain seperti Transmart dan AlloPrime. Langkah ini menciptakan sirkulasi dana yang aktif di dalam ekosistem, mendorong arus masuk dana baru sekaligus memperkuat retensi nasabah.
“Kami melihat peningkatan signifikan pada volume transaksi dari pengguna ekosistem yang memperkuat dana murah serta retensi dana di tabungan Allo Bank,” jelasnya.
Fokus pada Likuiditas dan Efisiensi Dana
Allo Bank juga menyesuaikan suku bunga simpanan seiring stabilnya suku bunga acuan. Penyesuaian ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara daya tarik produk dan efisiensi biaya dana (cost of fund).
“Saat ini, rata-rata bunga tabungan digital kami berada di kisaran kompetitif untuk industri bank digital,” ujarnya.
Stacey menambahkan bahwa Allo Bank berfokus menjaga kualitas dana dan menekan cost of fund agar tetap kompetitif. Hingga akhir tahun, bank ini menargetkan pertumbuhan DPK yang stabil dengan proporsi dana murah (CASA) yang sehat.
“Kami berupaya menjaga pertumbuhan DPK di level stabil dan berkelanjutan, sejalan dengan strategi pendanaan jangka panjang untuk mendukung ekspansi kredit yang prudent dan efisien,” ungkapnya.
Perseroan menargetkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) tetap terjaga di kisaran 90%–95%. Allo Bank mengandalkan tiga strategi utama, yakni optimalisasi ekosistem digital, inovasi produk berbasis data, serta peningkatan keterlibatan dan loyalitas nasabah.
Bank Raya Dorong Inovasi Digital
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi, menjelaskan bahwa peningkatan DPK Bank Raya ditopang oleh kemudahan fitur dan produk digital yang ditawarkan melalui aplikasi Raya App.
“Dengan semakin aktifnya masyarakat bertransaksi digital, pertumbuhan outstanding maupun volume transaksi terus meningkat,” ujar Tiwi.
Untuk memperluas basis dana, Bank Raya secara agresif mengembangkan fitur Digital Saving dan layanan berbasis komunitas seperti Saku Bareng serta Saku Bisnis. Inovasi ini didukung jaringan Agen BRILink dan Agen Bank Raya yang memperkuat jangkauan ke masyarakat luas.
Selain itu, Bank Raya juga menggelar berbagai program loyalitas dan promosi guna menarik nasabah baru. Melalui skema bertingkat seperti Kawan, Kawan Baik, Sobat, hingga Bestie, nasabah bisa menikmati bebas biaya administrasi bulanan, cashback transaksi QRIS, dan gratis biaya transfer.
Inovasi Produk Baru dan Prospek Ke Depan
Pada paruh kedua 2025, Bank Raya memperkenalkan Kartu Virtual Debit Visa di aplikasi Raya App. Fitur ini memungkinkan nasabah bertransaksi di berbagai merchant online, e-commerce, hingga platform transportasi digital yang tergabung dalam jaringan Visa.
Langkah tersebut memperluas akses transaksi global bagi pengguna dan memperkuat posisi Bank Raya sebagai salah satu pelopor inovasi digital banking di Indonesia.
Bank Raya optimistis pertumbuhan DPK akan tetap positif hingga akhir tahun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan transaksi digital dan penurunan suku bunga acuan yang mendukung iklim investasi.
“Penyesuaian dilakukan dengan memperhatikan kondisi likuiditas industri dan suku bunga kompetitor agar tetap kompetitif,” tambah Tiwi.
Ke depan, Bank Raya berkomitmen memperkuat strategi eksplorasi dan ekspansi di pasar baru melalui inovasi produk yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan pendekatan ini, Bank Raya berharap dapat terus memperluas basis nasabah dan meningkatkan loyalitas pengguna aktif.
Industri Bank Digital Semakin Kompetitif
Tumbuhnya kinerja DPK bank digital menunjukkan adanya transformasi mendalam di industri keuangan Indonesia. Nasabah kini semakin percaya pada layanan digital yang efisien, aman, dan mudah diakses.
Dengan strategi digital yang matang, kolaborasi lintas ekosistem, serta inovasi berkelanjutan, bank digital seperti Allo Bank, Superbank, dan Bank Raya diprediksi terus memperkuat dominasi di pasar perbankan nasional.
Seiring pemulihan ekonomi dan perkembangan teknologi, pertumbuhan dua digit pada DPK menjadi bukti nyata bahwa perbankan digital kini telah menjadi tulang punggung baru bagi inklusi keuangan di Indonesia.