JAKARTA - Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit swadaya di Provinsi Riau mengalami penurunan pada periode 22–28 Oktober 2025. Penurunan rata-rata sebesar Rp 70,86 per kilogram memengaruhi berbagai umur pohon sawit, khususnya yang berusia 9 tahun.
Saat ini, harga TBS sawit umur 9 tahun tercatat Rp 3.627,64 per kilogram. Penurunan ini menjadi perhatian petani dan pelaku industri sawit lokal karena berpotensi menekan pendapatan.
Rincian Harga TBS Sawit Menurut Umur
Harga TBS sawit untuk umur 3 tahun saat ini berada di Rp 2.811,35 per kilogram. Sementara itu, sawit umur 4 tahun mencapai Rp 3.133,96 per kilogram, menunjukkan tren kenaikan seiring bertambahnya umur pohon.
Untuk umur 5 tahun, harga TBS tercatat Rp 3.361,85 per kilogram. Umur 6 tahun mengalami kenaikan menjadi Rp 3.490,90 per kilogram, sedangkan umur 7 tahun mencapai Rp 3.569,67 per kilogram.
Umur 8 tahun sawit dijual Rp 3.612,71 per kilogram. Sedangkan untuk umur 10–20 tahun, harga TBS berada di Rp 3.590,61 per kilogram.
Untuk sawit yang lebih tua, umur 21 tahun tercatat Rp 3.530,89 per kilogram. Umur 22 tahun turun menjadi Rp 3.461,90 per kilogram, sedangkan umur 23 tahun mencapai Rp 3.383,46 per kilogram.
Sawit berumur 24 tahun dijual Rp 3.324,00 per kilogram. Terakhir, sawit umur 25 tahun berada di harga Rp 3.275,29 per kilogram.
Harga Produk Turunan Sawit
Selain TBS, harga minyak sawit mentah (CPO) tercatat sebesar Rp 14.589,49 per kilogram. Harga inti kelapa sawit atau kernel dijual Rp 13.858,00 per kilogram, sedangkan nilai cangkang mencapai Rp 26,10 per kilogram.
Indeks K yang menjadi acuan perhitungan harga sawit berada di level 92,62 persen. Nilai ini mencerminkan efisiensi pengolahan serta kualitas buah sawit yang dihasilkan oleh petani.
Perubahan harga TBS tidak hanya dipengaruhi oleh umur pohon, tetapi juga kondisi pasar CPO global. Fluktuasi harga minyak sawit internasional berdampak langsung pada nilai jual TBS di tingkat petani.
Dampak Penurunan Harga terhadap Petani dan Industri
Penurunan harga TBS sawit membuat petani mengalami tekanan pada pendapatan mereka. Khususnya petani swadaya yang sangat bergantung pada harga pasar untuk menutupi biaya operasional.
Selain itu, industri pengolahan sawit juga merasakan efek penyesuaian harga. Pabrik harus menyesuaikan margin keuntungan dan strategi pembelian bahan baku agar tetap efisien.
Industri sawit biasanya menghadapi tantangan fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh permintaan dan pasokan global. Ketidakpastian ini menuntut pengelolaan rantai pasok yang lebih fleksibel dan strategis.
Pemerintah dan asosiasi petani sawit kerap memberikan arahan untuk menjaga keseimbangan harga. Salah satunya melalui stabilisasi harga atau kebijakan strategis terkait ekspor dan produksi CPO.
Strategi Petani Menghadapi Penurunan Harga
Petani di Riau mulai menerapkan strategi efisiensi biaya produksi. Beberapa menggunakan metode pemupukan dan panen yang lebih tepat sasaran untuk menekan pengeluaran.
Selain itu, petani mulai memperhatikan kualitas buah untuk meningkatkan indeks K. Indeks K yang tinggi dapat membantu menaikkan harga jual TBS meski harga pasar sedang turun.
Peningkatan kolaborasi antarpetani dan koperasi sawit juga menjadi langkah strategis. Bersama-sama, mereka dapat memperkuat posisi tawar di pasar dan mengoptimalkan distribusi hasil panen.
Selain efisiensi, diversifikasi usaha juga mulai diterapkan. Beberapa petani memanfaatkan limbah sawit untuk pupuk organik atau bioenergi sehingga menambah sumber pendapatan.
Prospek Harga TBS ke Depan
Meskipun terjadi penurunan, beberapa analis memperkirakan harga TBS sawit akan stabil dalam jangka pendek. Hal ini terkait dengan permintaan CPO yang masih cukup tinggi di pasar ekspor.
Namun, fluktuasi harga internasional tetap menjadi faktor utama. Kenaikan atau penurunan harga CPO global akan berimbas langsung pada nilai TBS di tingkat petani.
Selain itu, kondisi iklim dan produksi lokal turut memengaruhi pasokan TBS. Cuaca ekstrem atau serangan hama dapat menurunkan produksi dan memengaruhi harga di pasar domestik.
Pemerintah dan pelaku industri sawit diharapkan terus memantau kondisi pasar. Langkah ini penting untuk menjaga keberlanjutan usaha petani dan stabilitas industri pengolahan sawit.
Harga TBS sawit swadaya di Riau untuk periode 22–28 Oktober 2025 mengalami penurunan sebesar Rp 70,86 per kilogram. Dampaknya dirasakan langsung oleh petani, industri pengolahan, dan rantai distribusi sawit secara keseluruhan.
Meski ada penurunan, strategi efisiensi, kualitas TBS, dan diversifikasi usaha menjadi kunci bagi petani untuk tetap bertahan. Pemerintah dan asosiasi sawit memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas harga agar industri tetap berkelanjutan.