Sumur GNK-103 Gunung Kemala Sukses Reaktif, Produksi Minyak Meningkat Signifikan

Rabu, 22 Oktober 2025 | 09:08:30 WIB
Sumur GNK-103 Gunung Kemala Sukses Reaktif, Produksi Minyak Meningkat Signifikan

JAKARTA - Sumur pengembangan GNK-103 di Gunung Kemala, Prabumulih, Sumatera Selatan, berhasil reaktif kembali. Keberhasilan ini membawa tambahan produksi minyak yang cukup signifikan bagi wilayah kerja PT Pertamina Asset 2.

Kabar ini langsung mendapat konfirmasi dari Kepala Pelaksana SKK Migas, Djoko Siswanto. Ia menyebut peningkatan produksi migas nasional sebagian berasal dari sumur GNK-103 yang baru saja dilakukan kegiatan kerja ulang.

Proses Work Over dan Biaya Efisien

Djoko menjelaskan bahwa kegiatan kerja ulang atau work over sumur GNK-103 menembus lapisan hidrokarbon minyak dan gas bumi yang cukup signifikan. Aktivitas ini dilakukan dengan memindahkan lapisan dan mengeksplorasi kembali formasi yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.

Biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini tercatat sebesar USD 251.174,22. Angka tersebut hanya 57,11 persen dari Rencana Anggaran Biaya (AFE) yang disetujui SKK Migas, yakni USD 439.777,30, sehingga menunjukkan efisiensi pengelolaan proyek.

Work over sumur GNK-103 tergolong cepat dan tepat sasaran. Aktivitas ini hanya memakan waktu 10 hari, dimulai pada 2 Oktober dan selesai 12 Oktober 2025.

Teknologi dan Metode yang Digunakan

Kegiatan kerja ulang dilakukan menggunakan RIG PDSI. Sumur menembus lapisan batuan pada formasi F1 dengan interval kedalaman 1.821 hingga 1.824 meter.

Penggunaan teknologi dan metode yang tepat memungkinkan tim Pertamina mengidentifikasi kembali cadangan minyak yang sebelumnya tersembunyi. Langkah ini memperkuat kapasitas produksi regional dan mendukung suplai migas nasional.

Hasil uji produksi terbaru menunjukkan kapasitas sumur yang meningkat. Pada Minggu, 18 Oktober 2025, GNK-103 mampu memproduksi minyak sebesar 705 BOPD (Barel Minyak Per Hari).

Dampak terhadap Produksi Nasional

Reaktivasi sumur GNK-103 memberikan kontribusi nyata terhadap produksi migas nasional. Peningkatan output ini membantu mempertahankan pasokan minyak domestik dan mengurangi ketergantungan impor energi.

Selain itu, keberhasilan ini menunjukkan kemampuan Pertamina dalam melakukan optimasi sumur eksisting. Strategi kerja ulang terbukti lebih cepat, efisien, dan hemat biaya dibandingkan pembangunan sumur baru.

Dengan hasil positif ini, Pertamina dapat merencanakan kegiatan serupa di sumur lain. Pemanfaatan teknologi work over diproyeksikan meningkatkan efisiensi operasional dan nilai ekonomis lapangan yang sudah ada.

Langkah Selanjutnya dan Monitoring

Djoko Siswanto menambahkan, langkah berikutnya adalah melakukan monitoring lanjutan. Uji produksi akan terus dilakukan melalui modifikasi repeat formasi test (MRT) untuk memastikan stabilitas output sumur.

Selain itu, kadar air atau water cut akan terus diukur untuk mengetahui kualitas produksi. Monitoring berkelanjutan ini menjadi kunci agar sumur dapat memberikan produksi maksimal secara berkesinambungan.

Dengan kombinasi teknologi dan pengawasan yang ketat, GNK-103 dapat menjadi model pengelolaan sumur efisien. Pendekatan ini menegaskan kemampuan Pertamina dalam memaksimalkan potensi migas nasional.

Efisiensi dan Strategi Pertamina

Keberhasilan GNK-103 menjadi contoh strategi Pertamina dalam meningkatkan produksi migas tanpa menambah investasi besar. Work over singkat dan biaya rendah memberikan nilai tambah signifikan bagi perusahaan.

Efisiensi ini juga berdampak positif bagi perekonomian daerah. Sumur yang produktif membantu mendukung ketahanan energi regional dan memberikan kontribusi ekonomi bagi Prabumulih dan sekitarnya.

Dengan hasil yang stabil, Pertamina berpotensi memperluas strategi serupa di sumur lain. Optimasi lapangan eksisting kini menjadi salah satu pilar untuk mendukung target produksi migas nasional secara berkelanjutan.

Sumur GNK-103 di Gunung Kemala, Prabumulih, sukses reaktif dengan produksi 705 BOPD. Work over singkat dan biaya efisien membuktikan kemampuan Pertamina dalam memaksimalkan sumur eksisting.

Langkah selanjutnya berupa monitoring MRT dan pengukuran water cut. Strategi ini diproyeksikan memperkuat produksi migas nasional, mendukung ketahanan energi, dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

Terkini