JAKARTA - Krisis kesehatan global kini menghadapi wajah baru yang lebih mengkhawatirkan. Meski angka harapan hidup dunia terus meningkat, studi terbaru justru menemukan peningkatan signifikan angka kematian di kalangan remaja dan dewasa muda.
Fenomena ini bukan sekadar anomali statistik, melainkan cerminan perubahan sosial dan psikologis yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Generasi muda yang seharusnya berada di masa paling produktif, kini menghadapi risiko kematian lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.
Hasil studi Global Burden of Disease (GBD) yang dirilis di jurnal The Lancet dan dipresentasikan di World Health Summit di Berlin baru-baru ini, menunjukkan bahwa dunia tengah menghadapi tantangan kesehatan yang berubah arah. Jika dulu kematian banyak disebabkan oleh penyakit menular, kini masalah mental dan gaya hidup modern menjadi penyebab utamanya.
Krisis Tersembunyi di Kalangan Generasi Muda
Menurut laporan tersebut, meskipun harapan hidup global naik menjadi 76,3 tahun bagi perempuan dan 71,5 tahun bagi laki-laki meningkat lebih dari 20 tahun sejak 1950 angka kematian di kelompok usia muda justru melonjak tajam.
Peningkatan paling signifikan terlihat di kawasan Amerika Utara dan sebagian wilayah Amerika Latin. Di sana, banyak kematian remaja dan dewasa muda disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obatan terlarang, alkohol, serta kasus bunuh diri yang terus meningkat setiap tahun.
Dr Christopher Murray, Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Universitas Washington, menegaskan bahwa fenomena ini menjadi peringatan serius bagi dunia. “Peningkatan tajam pada usia remaja dan dewasa muda sangat mencolok dalam data kami,” ujarnya.
Ia menambahkan, peningkatan kematian ini tidak bisa dilepaskan dari meningkatnya kasus kecemasan dan depresi, terutama pada perempuan muda. Menurutnya, banyak faktor yang berkontribusi, seperti tekanan sosial akibat media sosial, perubahan pola pengasuhan, hingga dampak jangka panjang pandemi Covid-19 terhadap kondisi mental generasi muda.
Ketimpangan Global yang Masih Lebar
Di sisi lain, benua Afrika menghadapi masalah yang berbeda namun sama seriusnya. Model terbaru dari penelitian GBD menunjukkan bahwa angka kematian anak usia 5-14 tahun di Afrika Sub-Sahara ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Penyakit menular seperti malaria, HIV, dan TBC masih menjadi penyebab utama kematian di kawasan tersebut. Selain itu, cedera tidak disengaja dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan turut memperparah situasi.
Pada kelompok perempuan berusia 15-29 tahun, tingkat kematian bahkan tercatat 61% lebih tinggi dari perkiraan lama. Sebagian besar disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan persalinan, kecelakaan lalu lintas, serta meningitis yang masih menjadi masalah besar di beberapa wilayah Afrika.
Dr Murray menilai, temuan ini seharusnya menjadi “alarm global” bagi para pemimpin dunia. “Pemerintah dan sektor kesehatan harus segera bertindak cepat dan strategis menghadapi tren yang mengubah kebutuhan kesehatan publik,” ujarnya.
Pergeseran Penyakit: Dari Infeksi ke Gangguan Kronis dan Mental
Secara global, dua pertiga beban penyakit kini disebabkan oleh penyakit kronis seperti jantung dan diabetes. Namun, yang lebih memprihatinkan adalah peningkatan pesat gangguan kesehatan mental.
Para peneliti menyebut, setengah dari beban penyakit dunia sebenarnya dapat dicegah. Faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, polusi udara, kebiasaan merokok, serta obesitas menjadi penyebab utama yang bisa dikendalikan melalui perubahan gaya hidup dan kebijakan publik yang lebih sehat.
Kondisi ini menegaskan bahwa meski teknologi medis terus maju, masalah mendasar seperti pola hidup tidak sehat dan tekanan psikologis belum terselesaikan. Jika tren ini terus dibiarkan, generasi muda berisiko menghadapi penurunan kualitas hidup yang signifikan di masa depan.
Tantangan Berat Bagi Negara Berkembang
CEO Amref Health Africa, Dr Githinji Gitahi, mengingatkan bahwa situasi ini sangat berbahaya bagi negara-negara Afrika. Dengan 60% penduduknya berusia di bawah 25 tahun, masa depan benua tersebut sangat bergantung pada kesehatan generasi mudanya.
Menurutnya, sistem kesehatan yang masih terpecah dan minim investasi publik membuat banyak anak muda kehilangan akses terhadap layanan medis dasar. “Lonjakan penyakit tidak menular di kalangan anak muda Afrika bukan ancaman masa depan, itu sudah terjadi sekarang,” ujarnya tegas.
Ia juga menyoroti bahwa penyakit-penyakit klasik seperti malaria, HIV, dan TBC masih merenggut banyak nyawa karena lemahnya sistem kesehatan dan kesenjangan vaksin. Oleh karena itu, diperlukan investasi besar dalam memperkuat sistem kesehatan masyarakat agar bisa menjangkau kelompok usia muda dengan lebih baik.
Dampak Pemangkasan Bantuan Internasional
Masalah semakin kompleks ketika banyak negara berpenghasilan rendah menghadapi pemangkasan bantuan internasional. Prof Emmanuela Gakidou dari IHME memperingatkan bahwa hal ini dapat mengancam kemajuan yang telah dicapai selama beberapa dekade terakhir.
“Negara-negara berpendapatan rendah sangat bergantung pada pendanaan global untuk layanan kesehatan primer, obat-obatan, dan vaksin. Tanpa itu, kesenjangan pasti makin melebar,” katanya.
Ia menegaskan bahwa bantuan internasional tidak boleh hanya dilihat sebagai bentuk amal, tetapi sebagai investasi global dalam menjaga stabilitas sosial dan kesehatan dunia. Karena kesehatan generasi muda hari ini akan menentukan kekuatan ekonomi dan sosial dunia di masa depan.
Generasi Muda di Persimpangan: Antara Harapan dan Krisis
Temuan studi GBD ini membuka mata dunia bahwa kemajuan kesehatan global tidak selalu berarti segalanya membaik. Di balik angka harapan hidup yang meningkat, tersimpan kenyataan pahit bahwa banyak generasi muda kehilangan nyawa di usia produktif.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia membutuhkan pendekatan kesehatan publik yang lebih holistik. Kesehatan mental harus menjadi prioritas, akses layanan kesehatan harus merata, dan kebijakan sosial harus berorientasi pada kesejahteraan generasi muda.
Tanpa langkah nyata, dunia berisiko kehilangan satu generasi produktif karena krisis yang sebenarnya bisa dicegah. Saatnya pemerintah, lembaga internasional, dan masyarakat bersatu memperkuat perlindungan kesehatan bagi generasi muda karena mereka bukan hanya masa depan dunia, tetapi juga penentu arah peradaban manusia selanjutnya.