JAKARTA - Produk desain dan dekorasi asal Indonesia kembali menarik perhatian pasar internasional. Pada pameran bergengsi Shoppe Object Summer 2025 yang berlangsung di New York, Amerika Serikat, karya perajin Indonesia berhasil mencatatkan potensi transaksi sebesar US$ 110 ribu atau sekitar Rp 1,83 miliar.
Atase Perdagangan RI Washington D.C., Ranitya Kusumadewi, menyebut capaian ini mencerminkan perubahan minat konsumen AS terhadap produk yang mengedepankan bahan alami dan keberlanjutan. Menurutnya, produk berbasis rotan, serat alam, kayu, tanah liat, batu, dan upcycle kini menjadi incaran utama pasar global.
Produk Berbahan Alami Jadi Daya Tarik Utama
Ranitya menjelaskan, tren Shoppe Object Summer 2025 menonjolkan desain yang memiliki cerita di balik proses pembuatannya. Produk yang memadukan nilai seni, budaya, dan ramah lingkungan semakin dicari oleh pembeli internasional.
“Tren tahun ini mengarah pada desain berbahan alami dengan nilai seni yang unik. Produk Indonesia seperti rotan, serat alam, tenun, dan upcycle sangat sesuai dengan arah tren tersebut,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa produk Indonesia seperti batik, anyaman, dan keramik buatan tangan memiliki potensi besar di pasar Amerika Serikat. Produk-produk tersebut dianggap authentic artisan goods yang mampu mewakili identitas budaya dan keindahan seni tradisional Indonesia.
Paviliun Indonesia Tampilkan Karya Inovatif dan Berbudaya
Dalam ajang pameran tersebut, Paviliun Indonesia hadir dengan luas 20,8 meter persegi. Tiga pelaku usaha kreatif yang berpartisipasi adalah Mawar Ketak Lombok, Seken Living, dan Solo Handmade Carpet.
Mawar Ketak Lombok menampilkan karya anyaman ketak khas Lombok yang diberi sentuhan desain modern. Sementara itu, Seken Living membawa konsep upcycle dan sustainable living melalui beragam dekorasi rumah berbahan daur ulang yang ramah lingkungan.
Solo Handmade Carpet menonjolkan karpet tenun buatan tangan yang mengandung nilai warisan budaya serta makna filosofis dari motif-motif tradisionalnya. Produk ini menjadi simbol bahwa kriya Indonesia bukan hanya indah, tetapi juga sarat makna dan cerita.
Perajin Perempuan Indonesia Unjuk Karya di Panggung Dunia
Selain tiga pelaku utama, hadir pula Kasih Co-op, sebuah kolektif perajin perempuan asal Indonesia. Mereka menampilkan koleksi syal batik serta berbagai karya kriya yang menggambarkan kekayaan teknik dan kreativitas perajin lokal.
Kehadiran Kasih Co-op merupakan bagian dari inisiatif Global Artisan Project, sebuah program yang mendukung merek-merek artisan dunia dalam melestarikan teknik kerajinan tradisional sekaligus memberdayakan komunitas perajin di daerah.
Pendiri Kasih Co-op, Ivana Darmawan, menyampaikan rasa bangganya dapat membawa hasil karya perajin Indonesia ke pameran internasional. “Momentum ini menunjukkan bahwa kualitas, keberlanjutan, dan cerita di balik setiap produk Indonesia mampu bersaing secara global, khususnya di pasar AS,” ujar Ivana.
Menurut Ivana, peluang produk kriya Indonesia di Amerika Serikat sangat besar karena konsumen di negara tersebut menghargai orisinalitas dan nilai sosial di balik setiap karya. Hal ini membuka ruang bagi perajin Indonesia untuk memperluas jangkauan pasar dengan tetap mempertahankan identitas budaya.
Pasar AS Kian Terbuka untuk Produk Kriya Berkelanjutan
Ranitya menilai bahwa tren keberlanjutan kini bukan sekadar slogan, melainkan kebutuhan nyata di industri desain global. Konsumen di Amerika Serikat semakin sadar akan pentingnya produk yang ramah lingkungan dan diproduksi secara etis.
“Produk kita sangat cocok karena memiliki nilai budaya yang kuat sekaligus ramah lingkungan. Cerita tentang proses pembuatan dan tangan perajin menjadi nilai tambah yang dicari pembeli internasional,” tuturnya.
Ia berharap pameran seperti Shoppe Object dapat menjadi jembatan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok industri desain berkelanjutan. Melalui ajang ini, pelaku usaha kecil dan menengah di sektor kerajinan dapat menembus pasar premium di luar negeri.
Dukungan Pemerintah untuk Perluasan Ekspor Kreatif
Kementerian Perdagangan terus mendukung pelaku industri kreatif dalam menembus pasar nontradisional. Pameran internasional seperti Shoppe Object menjadi sarana penting bagi pelaku UMKM untuk memperkenalkan produk lokal kepada pembeli mancanegara.
Selain memperkuat promosi, pemerintah juga mendorong penguatan ekosistem ekspor melalui pelatihan, sertifikasi produk, dan kemitraan global. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri kreatif nasional dan menambah kontribusi ekspor nonmigas.
Ranitya menambahkan bahwa peluang ekspor produk dekorasi berbahan alami akan semakin terbuka di masa depan. “Keberhasilan di New York menjadi sinyal positif bahwa pasar AS sangat terbuka untuk produk berbasis budaya dan berkelanjutan,” ujarnya.
Hubungan Dagang Indonesia–AS Terus Menguat
Dari sisi perdagangan, hubungan ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat menunjukkan tren pertumbuhan positif. Pada periode Januari hingga Agustus 2025, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 29 miliar.
Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 20,6 miliar, sedangkan impor mencapai US$ 8,4 miliar. Sepanjang tahun 2024, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 38,56 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar US$ 14,52 miliar.
Pencapaian ini menegaskan bahwa Amerika Serikat merupakan salah satu mitra dagang strategis bagi Indonesia. Produk-produk berbasis budaya dan berkelanjutan seperti kriya, dekorasi, serta fashion etnik kini menjadi komoditas unggulan yang mampu memperkuat posisi ekspor nasional.
Karya Kriya Indonesia Menuju Pasar Global
Keberhasilan produk desain Indonesia di Shoppe Object Summer 2025 menjadi bukti bahwa kreativitas lokal mampu menembus pasar global dengan mengandalkan kekuatan budaya dan nilai keberlanjutan.
Dengan dukungan pemerintah dan meningkatnya kesadaran konsumen dunia terhadap produk ramah lingkungan, masa depan industri desain dan dekorasi Indonesia terlihat semakin cerah.
Ranitya berharap lebih banyak pelaku usaha lokal yang berani tampil di ajang internasional. “Indonesia punya potensi besar. Setiap karya yang lahir dari tangan perajin kita adalah representasi keindahan dan identitas bangsa,” katanya.